Untuk para netizen-netizen Indonesia yang maha benar, hashtag 19detik pasti lagi sensitif banget. Nggak usah saya perjelas lagi lah ya apa yang membuat hashtag 19detik heboh. Bahkan di platform instagram dan twitter sampai banyak yang bilang konten pemersatu bangsa! whatever you name it lah.
Sebagai netizen yang -nggak terlalu bacot di instagram dan twitter-, saya palingan cuma baca-baca aja komentar-komentar netizen soal hashtag 19detik, kadang sambil dibahas juga sedikit sama kawan-kawan saya. Namuuuuun, berhubung kabar beritanya lagi hot banget, saya mau coba menuangkan sedikit opini saya yang agak mendalam tentang hashtag 19detik tapi dilihat dari sudut pandang kecanggihan teknologi.
Saya tidak akan membahas urusan personal si pelaku & korban siapa yang benar ataupun salah, dan tidak juga membahas dari sudut pandang hukum, agama, dan budaya timur.
Sudah berapa tahun sih kira-kira kita menggunakan ponsel dan fasilitas internet? 5 tahun? 10 tahun? atau bahkan lebih? Berapapun jawabannya yang jelas ponsel dan internet udah bukan benda asing lagi. Tapi udah jadi kebutuhan sehari-hari kita setara dengan minum air putih.
Tapi ketika muncul pertanyaan, seberapa bijak sih kita menggunakan ponsel dan fasilitas internet itu? eits, tunggu dulu! disinilah masalah itu muncul.
Sebagian besar dari kita pasti punya dokumentasi "aib". Aib disini tuh maksudnya seperti kita lagi ketiduran di kelas/kantor sampai mangap terus di foto atau di videokan sama temen kita. Atau lagi foto rame-rame pas kumpul, pas fotonya jadi ternyata fotonya diambil dari angle kita yang kurang bagus, atau dokumentasi apapun yang membuat kita nggak mau kalau hal itu dilihat orang banyak. Biasanya kalau ada foto atau video macem begitu pasti rasanya pengen cepet-cepet kita hapus, atau gimanapun pokoknya hilang deh.
Setelah kita pencet delete dari ponsel/sosial media kita, dokumentasi tersebut memang sudah hilang, tapi pertanyaannya, apakah benar-benar sudah hilang?
Kadang terbersit juga dipikiran saya, hal-hal yang kita hapus dari ponsel kita itu perginya kemanasih? kebuangnya kemana? Seperti kalau kita buang sampah, nanti kan ada lagi tuh petugas yang akan mengambil sampah itu untuk dibawa ke tempat pembuangan terakhir. Nah kalau isi yang ada di ponsel kita itu pembuangan akhirnya kemana ya kira-kira?
Sebuah pertanyaan yang samapi sekarang pun saya belom ketemu jawabannya, tapi kalau dari kalian ada yang tau atau paham soal seperti ini, boleh banget di share di kolom komentar :)
Oke lanjut lagi ke topik.
Balik ke soal dokumentasi "aib". Nggak perlu dipungkiri, kita semua pasti pernah melakukan suatu kesalahan secara sadar, bolos sekolah misalnya, atau ngegosipin temen, atau apapun itu yang kita udah tau banget kalau nggak bener tapi tetap kita lakukan secara sadar. Nah, ketika kesalahan secara sadar itu kita dokumentasikan secara sadar juga, itulah yang ternyata akan menjadi bom waktu. lain ceritanya kalau memang posisi kita nggak sadar ya.
Waktu jaman sekolah dulu, saya dan teman sekelas termasuk golongan yang doyan pernah bolos. Dan sekarangpun saya dan beberapa kawan dekat juga termasuk yang kadang suka bergosip kalau lagi ngumpul. Kami tau hal-hal itu tidak baik dan tidak dibenarkan, tapi kami nggak pernah secara sadar mendokumentaasikan hal-hal tersebut.
Bisa dibilang saya tipikal orang yang sangat berhati-hati banget dalam bersosial media. Kadang kalau mau ngepost instastory atau feed, padahal udah tinggal klik post masih aja suka kepikiran duh penting nggak ya gue update ini? orang-orang ngerasa keganggu nggak ya kalau ini gue update? dan berbagai kecemasan-kecemasan lainnya.
Dari hal-hal yang saat ini sedang heboh menjadi perbincangan, semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Yang baiknya diambil, yang nggak baiknya silakan dibuang. Semoga kedepannya kita semua bahkan sampai anak cucu kita bisa menggunakan ponsel dan fasilitas internet secara bijak, dan bahwa tidak semua hal dalam hidup kita perlu di dokumentasikan. Karena sungguh, jejak digital itu sangatlah kejam.
0 Comments:
Post a Comment